Bagi para pelaku UKM, merupakan hal yang lumrah untuk menemui rintangan pada beberapa aspek. Salah satu masalah yang kerap dialami Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah pada sektor produksi. Penyebabnya dapat berbagai macam, salah satunya ada pada faktor eksternal yang umumnya menyebabkan proses produksi memakan waktu yang lama, sehingga time delivery pun ikut mundur dengan situasi permintaan konsumen yang terus datang. Jika terus dibiarkan, masalah ini dapat membuat para pelaku UKM berisiko kehilangan konsumen atau pelanggan.

Accurate Online mencatat melalui Techinasia, pada sebuah riset mengenai Usaha Kecil Menengah yang dilakukan oleh MarkPlus Insight., menyebutkan bahwa keterbatasan teknologi dan SDM terampil menjadi masalah utama yang dihadapi UKM pada proses produksi.

Hasil riset tersebut menunjukkan bahwa 53,6% jumlah responden berpendapat bahwa faktor teknologi merupakan sebuah masalah yang menghambat. Sedangkan 49,4% responden  lainnya menyatakan permasalahan lain yang dialami adalah faktor SDM. Sisanya, masalah utama dalam proses produksi menyangkut sistem pembelian bahan baku secara tunai (31,4%), keterbatasan informasi perkembangan teknologi produksi terbaru (23,1%), kesulitan dalam kontinuitas suplai bahan baku (22,4%), serta kenaikan harga bahan baku impor (16%).

Hambatan Berbahaya Yang Mengganggu Produksi Pelaku UKM

Pada contoh kasus, Dini Aryani Criddle, pemilik kedai Tanamera Coffee mengakui bahwa salah satu tantangan terbesar pada bisnisnya saat ini adalah mengelola Sumber Daya Manusia. Mulai dari tahap petani sebagai mitranya memanen biji kopi terbaik, hingga pada level barista.

Pada level petani, Tanamera memiliki tantangan dalam memperoleh biji kopi (green bean) berkualitas grade A sesuai ketentuan The Specialty Coffee Association of America (SCAA). Adapun syarat kopi mendapatkan predikat specialty harus memiliki skor minimum 80.

“Kami tengah berusaha dengan petani lokal menciptakan biji kopi spesial dengan skor di atas 90. Kalau itu terjadi, kami menjadi pihak pertama yang memiliki biji kopi di atas standar rata-rata kopi spesial di Indonesia,” ujar Dini.

Dini menambahkan pada penejelasannya bahwa perusahaannya menjual dan mendistribusikan kopi spesial, perkebunan yang dimiliki mitra petani harus dikelola secara spesial pula. Pihaknya selalu mengirimkan orang lapangan untuk datang mengontrol ladang pada sebelum, sesaat, dan setelah panen. Selain itu, keberadaan barista pun dinilai sangat vital bagi sebuah kedai kopi. Karena pada akhirnya, setiap rentetan produksi kopi yang terjadi, berujung pada tangan barista yang menyajikan hidangan kopi tersebut ke meja konsumen.

Namun, bagi Tanamera, produksi bukan menjadi soal utama. Dengan memiliki delapan mitra petani di berbagai daerah nusantara, ditambah dengan ladang kopi di Flores yang bakal dimilikinya, Tanamera pada dasarnya mampu memenuhi permintaan pasar saat ini. Hanya saja, ia tak mau secara ekspansif membuka banyak gerai di mana-mana.

“Alasannya, pertama, kami memilih mitra bisnis yang ingin memajukan bisnis bersama-sama. Bukan sekadar ingin punya kedai kopi untuk meng-cover acara arisan-arisan mereka,” tegas Dini. Kedua, lanjut Dini, pihaknya juga tak ingin menjadi mainstream atau menjadi brand yang umum dan buka di banyak tempat.

Dalam sebulan, Tanamera membutuhkan sekitar 3,5 ton untuk kelima gerainya saat ini. Mesin penggiling kopi (coffee roaster) pun dipilih yang terbaik, yaitu Giessen dari Belanda, yang mana untuk kapasitas 60 kilogram, harganya mencapai Rp 2 miliar.

“Kami pun menjadi distributor resmi dari Gieseen untuk Indonesia, Singapura, dan Singapura. Memang alat ini mahal. Tapi, kami tak ingin investasi setengah-setengah,” ucap Dini.

Inovasi dalam produksi juga tak luput dari perhatian para UKM. Berdasarkan riset MarkPlus, 81,6% responden mengaku sudah melakukan inovasi dalam produksi. Jika ditelaah lebih dalam, inovasi produk yang paling banyak dilakukan oleh UKM Indonesia, disusul inovasi layanan dan inovasi bahan baku.

“Sejujurnya, kami sulit untuk melakukan inovasi bahan baku. Sebab, hampir semua bahan baku pomade itu diimpor dari Eropa dan India. Padahal, Indonesia punya bahan baku tersebut,” terang Michael.

Sedangkan bagi Tanamera yang bakal memiliki empat gerai hingga akhir tahun, inovasi produk non-kopi malah tengah digodok. Di gerai Tanamera Ahmad Dahlan Jakarta, misalnya, pihaknya bakal menyajikan restoran Tanamera Cuisine. Restoran ini menggandeng Chef Mandif, pemilik Teatro Gastroteque di Bali.

Menu-menu makan siang dan makan malam kini juga tersedia di setiap gerai Tanamera Coffee. Dini menampik bahwa idenya tersebut dinilai membuat bisnisnya tidak fokus. “Semasih ada tempat dan mampu, mengapa tidak? Saya melihat good coffee harus ditemani oleh good food. Dan itu yang kami tawarkan,” terangnya.

Dini mengaku bahwa pada level barista, masalahnya lebih kepada mentalitas karena banyak dari barista yang tidak peduli, defensif, dan bahkan ada yang mencuri.

Hal yang sama juga diamini oleh Michael Nugroho, President dari Smith Men Supply, sebuah brand yang memproduksi pomade atau minyak rambut pria. Perusahaan yang berawal dari tugas kuliah ini masih mengalami kendala dalam mencari tenaga kerja ahli berpengalaman, khususnya pada bidang farmasi kosmetika.

“Padahal, para farmasian itu bertugas untuk membuat formula produk baru dan merevisi produk lama. Kalaupun ada, mereka hanya ingin dibayar mahal,” kata Michael.

Alhasil, Smith Men Supply masih menggunakan jasa tenaga farmasi yang bekerja di pabrik maklon tempatnya memesan produk. “Kita tidak bisa terlalu banyak mengharapkan bantuan mereka untuk menyusun produk baru. Karena mereka bekerja bukan untuk kita,” ceritanya.

Masalah lainnya, sambung Michael Nugroho, adalah pada bidang modal. Keterbatasan modal membuat volume produksi menjadi terbatas. Hal ini pula yang disampaikan oleh 34,9% riset yang dilakukan oleh MarkPlus Insight.

Apalagi, pabrik maklon memiliki peraturan untuk mewajibkan minimum pemesanan sebanyak ribuan unit. “Sehingga, kalau ada produk baru yang diluncurkan, kami pastikan produk tersebut harus terserap pasar dengan baik. Harus laku. Sebab, kami tak bisa pesan ratusan piece,” seloroh pria yang kini masih duduk di semester akhir Fakultas Bisnis Universitas Prasetiya Mulya.

Faktor eksternal memang kerap menjadi penghalang bagi UKM untuk tumbuh. Dan, tidak jarang, faktor eksternal itu tidak bisa kita atasi dengan mudah. Karenanya, mental entrepreneurship, tahan banting dan kreativitas mutlak dimiliki oleh pemain UKM agar bisa bertahan di berbagai situasi.

 

Jangan biarkan segala masalah yang ada pada sektor produksi membuat Anda kewalahan dan melupakan sektor lain yang tidak kalah penting, yaitu sektor keuangan. Solusinya, adalah dengan menggunakan software pengatur data keuangan yang telah terpercaya, dan memiliki sistem cloud sehingga dapat diakses di mana saja dan kapan saja. Accurate Online, dengan sertifikasi sebagai Top Brand Indonesia, selalu menjadi andalan banyak pelaku UKM dalam mengelola pembukuan bisnis mereka. Dengan fitur-fitur unggulan yang dimiliki seperti backup otomatis dengan server bertingkat sehingga Anda tidak perlu khawatir mengenai persoalan data hilang saat server down, serta security data terenkripsi yang membuat data aman dari ancaman hacker atau pihak-pihak tidak bertanggung jawab, dan kelebihan-kelebihan lainnya yang membantu Anda untuk lebih praktis dalam mengatur keuangan.